Profil
Nama Lengkap : Persatuan Sepak Bola Surabaya (Persebaya)
Julukan : Bajul Ijo, Green Force
Berdiri : 18 Juni 1927
Homebase : Surabaya, Jawa Timur
Suporter : Bonek, Yayasan Suporter Surabaya
Ketua Umum : H. Saleh Ismail Mukadar, SH
Ketua Harian : Drs H Cholid Goromah
Sekretaris Umum : Drs H Akhmad Munir
Bendahara : H Hendri S
Manager Tim : Indah Kurnia
Asisten Manajer : H Saleh Hanifah
Sekretaris Tim : Supriadi SH
Bendahara Tim : H Hendry S
Pelatih : Danurwindo
Asisten Pelatih : Ibnu Grahan, Hartono, Kasiyanto
Dokter Tim : dr. Herry S
PU : M Toha, Sutrisno
Alamat: Jl Karanggayam 1 Surabaya Jawa Timur Indonesia
Prestasi
Perserikatan
• 1938 - Runner-up, kalah dari VIJ Jakarta
• 1942 - Runner-up, kalah dari Persis Solo
• 1950 - Juara, menang atas Persib Bandung
• 1951 - Juara, menang atas Persija Jakarta
• 1952 - Juara, menang atas Persija Jakarta
• 1965 - Runner-up, kalah dari PSM Ujungpandang (sekarang PSM Makassar)
• 1967 - Runner-up, kalah dari PSMS Medan
• 1971 - Runner-up, kalah dari PSMS Medan
• 1973 - Runner-up, kalah dari Persija Jakarta
• 1977 - Runner-up, kalah dari Persija Jakarta
• 1978 - Juara, menang atas PSMS Medan
• 1981 - Runner-up, kalah dari Persiraja Banda Aceh
• 1987 - Runner-up, kalah dari PSIS Semarang
• 1990 - Runner-up, kalah dari Persib Bandung
Liga Indonesia
• 1994/1995 - Posisi ke-9 Divisi Utama Wilayah Timur
• 1995/1996 - Posisi ke-7 Divisi Utama Wilayah Timur
• 1996/1997 - Juara Divisi Utama
• 1998/1999 - Runner-up Divisi Utama
• 1999/2000 - Posisi ke-6 Divisi Utama Wilayah Timur
• 2002 - Degradasi ke Divisi Satu
• 2003 - Juara Divisi Satu, Promosi ke Divisi Utama
• 2004 - Juara Divisi Utama
• 2005 - Mundur dalam babak 8 besar akibat skorsing dua tahun, namun dikurangi menjadi 16 bulan, dan kemudian dikurangi lagi menjadi degradasi ke Divisi Satu
• 2006 - Juara Divisi Satu, Promosi ke Divisi Utama
• 2007 - Posisi ke-14 Divisi Utama Wilayah Timur, Tidak lolos ke Liga Super
• 2008 - Peringkat ke-4 Divisi Utama, Promosi ke Liga Super lewat Babak Playoff dengan mengalahkan PSMS Medan dalam drama adu penalti.
Liga Champions Asia
• 1998 - Babak pertama (masih bernama Piala Champions Asia)
• 2005 - Babak pertama.
Sejarah
Persebaya didirikan oleh Paijo dan M. Pamoedji pada 18 Juni 1927. Pada awal berdirinya, Persebaya bernama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB). Pada saat itu di Surabaya juga ada klub bernama Sorabaiasche Voebal Bond (SVB), bonden (klub) ini berdiri pada tahun 1910 dan pemainnya adalah orang-orang Belanda yang ada di Surabaya.
Pada tanggal 19 April 1930, SIVB bersama dengan VIJ Jakarta, BIVB Bandung, MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. SIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh M. Pamoedji. Setahun kemudian kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. SIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1938 meski kalah dari VIJ Jakarta.
Ketika Belanda kalah dari Jepang pada 1942, prestasi SIVB yang hampir semua pemainnya adalah pemain pribumi dan sebagian kecil keturunan Thionghoa melejit dan kembali mencapai final sebelum dikalahkan oleh Persis
Solo. Akhirnya pada tahun 1943 SIVB berganti nama menjadi Persibaja (Persatuan Sepak Bola Indonesia Soerabaja). Pada era ini Persibaja diketuai oleh Dr. Soewandi. Kala itu, Persibaja berhasil meraih gelar juara pada tahun 1950, 1951 dan 1952.
Tahun 1960, nama Persibaja dirubah menjadi Persebaya (Persatuan Sepak Bola Surabaya). Pada era perserikatan ini, prestasi Persebaya juga istimewa. Persebaya adalah salah satu raksasa perserikatan selain PSMS Medan, PSM Makassar, Persib Bandung maupun Persija Jakarta. Dua kali Persebaya menjadi kampiun pada tahun 1978 dan 1988, dan tujuh kali menduduki peringkat kedua pada tahun 1965, 1967, 1971, 1973, 1977, 1987, dan 1990.
Prestasi gemilang terus terjaga ketika PSSI menyatukan klub Perserikatan dan Galatama dalam kompetisi bertajuk Liga Indonesia sejak 1994. Persebaya merebut gelar juara Liga Indonesia pada tahun 1997. Bahkan Persebaya berhasil mencetak sejarah sebagai tim pertama yang dua kali menjadi juara Liga Indonesia ketika pada tahun 2004 Green Force kembali merebut gelar juara. Kendati berpredikat sebagai tim klasik sarat gelar juara, Green Force juga sempat merasakan pahitnya terdegradasi pada tahun 2002 lalu. Pil pahit yang langsung ditebus dengan gelar gelar juara Divisi I dan Divisi Utama pada dua musim selanjutnya.
Persebaya juga dikenal sebagai klub yang sering menjadi penyumbang pemain ke tim nasional baik yunior maupun senior. Mulai era 70-an sampai 90-an. Sederet nama tenar yang kini menjadi arsitek tim-tim sepakbola Indonesia, seperti Rudy Keltjes, Riono Asnan, Yusuf Ekodono, Syamsul Arifin, Subangkit, Mustaqim, Eri Irianto, Bejo Sugiantoro, Anang Maruf, Hendro Kartiko, Uston Nawawi, Chairil Anwar, dan Mursyid Effendi merupakan sebagian pemain timnas hasil binaan Persebaya. Terakhir, nama-nama seperti Mursyid Efendi, Anang Ma'ruf, Bejo Sugiantoro menjadi pilar timnas Indonesia di SEA Games Thailand 1996.
Salah satu yang cukup dikenang adalah Eri Irianto, pemain timnas era-90an yang meninggal dunia pada tanggal 3 April 2000 setelah tiba tiba menderita sakit saat Persebaya menghadapi PSIM dalam pertandingan Liga Indonesia 1999/2000. Eri Irianto meninggal di rumah sakit pada malam harinya. Nama Eri kemudian dipakai sebagai nama Wisma/Mess Persebaya yang diresmikan pada tanggal 25 April 1993.
Selain itu, dalam perjalanannya, Persebaya beberapa kali mengalami kejadian kontroversial. Saat menjuarai Kompetisi Perserikatan pada tahun 1988, Persebaya pernah memainkan pertandingan yang terkenal dengan istilah sepakbola gajah karena mengalah kepada Persipura 0-12, untuk menyingkirkan saingan mereka PSIS Semarang yang pada tahun sebelumnya memupuskan impian Persebaya di final kompetisi perserikatan.
Pada Liga Indonesia 2002, Persebaya melakukan aksi mogok tanding saat menghadapi PKT Bontang dan diskors pengurangan nilai. Kejadian tersebut menjadi salah satu penyebab terdegradasinya Persebaya ke divisi I. Tiga tahun kemudian, Persebaya menggemparkan publik sepakbola nasional saat mengundurkan diri pada babak delapan besar lantaran tidak adanya jaminan keselamatan bagi suporternya yang ingin mendukung mereka di Jakarta sebagai tempat di gelarnya pertandingan.
Imbas kejadian tersebut, Bajul Ijo harus kembali ke level Divisi I di kompetisi selanjutnya. Namun aksi tersebut dibayar tuntas dengan merebut mahkota juara yang otomatis melenggang ke Liga Indonesia 2007. Sayangnya, di musim kompetisi 2007/2008, Persebaya terjerembab di papan bawah yang membuat peluang lolos ke kompetisi perdana Indonesia Super League 2008/2009 tertutup.
Stadion
Nama : Gelora 10 November
Kapasitas :30.000
Lokasi : Tambaksari, Surabaya, Jawa Timur
Kapasitas : 30.000 Penonton
Tipe Stadion : Stadion Sepakbola Lama.
Kategori : C+
Event Besar : PON VII 1969 Jawa Timur
Sejarah Singkat
Kondisi Sekarang
Tribun : C+
Fasilitas : C+
Rumput : C
Drainase : C
Penerangan : B
Papan Skor : B
Kondisi : C
Squad
Penjaga Gawang
20 Syaifudin
24 Deny Marcel
28 Endra Prasetya
Pemain Belakang
02 Mat Halil
04 Nugroho Mardiyanto
05 Takatoshi Uchida
06 M. Sofy Hermawan
15 Anang Ma'ruf
16 Satrio Syam
23 Taufik Angga Yanuarso
25 Sunaji
26 Djayusman Triasdi
30 Anderson Da Silva
Pemain Tengah
03 Andik Vermansyah
07 John Tarkpor Sonkaliey
09 Lucky Wahyu Dwi Permana
11 Taufiq
17 Arif Ariyanto
21 Supriyono
29 Wijay
99 Josh Maguire
Penyerang
08 Claude Parfait Ngon A Djam
10 M. Erfan Hidayatullah
14 Korinus Fingkreuw
77 Wimba Sutan Fenosa
78 Andi Oddang
Bonek
Istilah Bonek, akronim bahasa Jawa dari Bondho Nekat (modal nekat), biasanya ditujukan kepada sekelompok pendukung atau suporter kesebelasan Persebaya Surabaya, walaupun ada nama kelompok resmi pendukung kesebelasan ini yaitu Yayasan Suporter Surabaya (YSS). Di persepak bolaan Indonesia, bonek banyak digambarkan sebagai pendukung yang sering membuat kerusuhan, dari mulai tidak membayar tiket kereta api, sampai bentrok dengan aparat keamanan dan pendukung kesebelasan lawan.
Istilah bonek pertama kali dimunculkan oleh Harian Pagi Jawa Pos tahun 1989,untuk menggambarkan fenomena suporter Persebaya yang berbondong-bondong ke Jakarta dalam jumlah besar. Secara tradisional, Bonek adalah suporter pertama di Indonesia yang mentradisikan away supporters (pendukung sepak bola yang mengiringi tim pujannya bertandang ke kota lain) seperti di Eropa. Dalam perkembangannya, ternyata away supporters juga diiringi aksi perkelahian dengan suporter tim lawan. Tidak ada yang tahu asal-usul, Bonek menjadi radikal dan anarkis. Jika mengacu tahun 1988, saat 25 ribu Bonek berangkat dari Surabaya ke Jakarta untuk menonton final Persebaya - Persija, tidak ada kerusuhan apapun.
Secara tradisional, Bonek memiliki lawan-lawan, sebagaimana layaknya suporter di luar negeri. Saat era perserikatan, lawan tradisional Bonek adalah suporter PSIS Semarang dan Bobotoh Bandung. Di era Liga Indonesia, lawan tradisional itu adalah Aremania Malang, The Jak suporter Persija, dan Macz Man fans PSM Makassar. Di era Ligina, Bonek justru bisa berdamai dengan Bobotoh Persib Bandung dan Suporter PSIS Semarang.
Nama Lengkap : Persatuan Sepak Bola Surabaya (Persebaya)
Julukan : Bajul Ijo, Green Force
Berdiri : 18 Juni 1927
Homebase : Surabaya, Jawa Timur
Suporter : Bonek, Yayasan Suporter Surabaya
Ketua Umum : H. Saleh Ismail Mukadar, SH
Ketua Harian : Drs H Cholid Goromah
Sekretaris Umum : Drs H Akhmad Munir
Bendahara : H Hendri S
Manager Tim : Indah Kurnia
Asisten Manajer : H Saleh Hanifah
Sekretaris Tim : Supriadi SH
Bendahara Tim : H Hendry S
Pelatih : Danurwindo
Asisten Pelatih : Ibnu Grahan, Hartono, Kasiyanto
Dokter Tim : dr. Herry S
PU : M Toha, Sutrisno
Alamat: Jl Karanggayam 1 Surabaya Jawa Timur Indonesia
Prestasi
Perserikatan
• 1938 - Runner-up, kalah dari VIJ Jakarta
• 1942 - Runner-up, kalah dari Persis Solo
• 1950 - Juara, menang atas Persib Bandung
• 1951 - Juara, menang atas Persija Jakarta
• 1952 - Juara, menang atas Persija Jakarta
• 1965 - Runner-up, kalah dari PSM Ujungpandang (sekarang PSM Makassar)
• 1967 - Runner-up, kalah dari PSMS Medan
• 1971 - Runner-up, kalah dari PSMS Medan
• 1973 - Runner-up, kalah dari Persija Jakarta
• 1977 - Runner-up, kalah dari Persija Jakarta
• 1978 - Juara, menang atas PSMS Medan
• 1981 - Runner-up, kalah dari Persiraja Banda Aceh
• 1987 - Runner-up, kalah dari PSIS Semarang
• 1990 - Runner-up, kalah dari Persib Bandung
Liga Indonesia
• 1994/1995 - Posisi ke-9 Divisi Utama Wilayah Timur
• 1995/1996 - Posisi ke-7 Divisi Utama Wilayah Timur
• 1996/1997 - Juara Divisi Utama
• 1998/1999 - Runner-up Divisi Utama
• 1999/2000 - Posisi ke-6 Divisi Utama Wilayah Timur
• 2002 - Degradasi ke Divisi Satu
• 2003 - Juara Divisi Satu, Promosi ke Divisi Utama
• 2004 - Juara Divisi Utama
• 2005 - Mundur dalam babak 8 besar akibat skorsing dua tahun, namun dikurangi menjadi 16 bulan, dan kemudian dikurangi lagi menjadi degradasi ke Divisi Satu
• 2006 - Juara Divisi Satu, Promosi ke Divisi Utama
• 2007 - Posisi ke-14 Divisi Utama Wilayah Timur, Tidak lolos ke Liga Super
• 2008 - Peringkat ke-4 Divisi Utama, Promosi ke Liga Super lewat Babak Playoff dengan mengalahkan PSMS Medan dalam drama adu penalti.
Liga Champions Asia
• 1998 - Babak pertama (masih bernama Piala Champions Asia)
• 2005 - Babak pertama.
Sejarah
Persebaya didirikan oleh Paijo dan M. Pamoedji pada 18 Juni 1927. Pada awal berdirinya, Persebaya bernama Soerabhaiasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB). Pada saat itu di Surabaya juga ada klub bernama Sorabaiasche Voebal Bond (SVB), bonden (klub) ini berdiri pada tahun 1910 dan pemainnya adalah orang-orang Belanda yang ada di Surabaya.
Pada tanggal 19 April 1930, SIVB bersama dengan VIJ Jakarta, BIVB Bandung, MIVB (sekarang PPSM Magelang), MVB (PSM Madiun), VVB (Persis Solo), PSM (PSIM Yogyakarta) turut membidani kelahiran PSSI dalam pertemuan yang diadakan di Societeit Hadiprojo Yogyakarta. SIVB dalam pertemuan tersebut diwakili oleh M. Pamoedji. Setahun kemudian kompetisi tahunan antar kota/perserikatan diselenggarakan. SIVB berhasil masuk final kompetisi perserikatan pada tahun 1938 meski kalah dari VIJ Jakarta.
Ketika Belanda kalah dari Jepang pada 1942, prestasi SIVB yang hampir semua pemainnya adalah pemain pribumi dan sebagian kecil keturunan Thionghoa melejit dan kembali mencapai final sebelum dikalahkan oleh Persis
Solo. Akhirnya pada tahun 1943 SIVB berganti nama menjadi Persibaja (Persatuan Sepak Bola Indonesia Soerabaja). Pada era ini Persibaja diketuai oleh Dr. Soewandi. Kala itu, Persibaja berhasil meraih gelar juara pada tahun 1950, 1951 dan 1952.
Tahun 1960, nama Persibaja dirubah menjadi Persebaya (Persatuan Sepak Bola Surabaya). Pada era perserikatan ini, prestasi Persebaya juga istimewa. Persebaya adalah salah satu raksasa perserikatan selain PSMS Medan, PSM Makassar, Persib Bandung maupun Persija Jakarta. Dua kali Persebaya menjadi kampiun pada tahun 1978 dan 1988, dan tujuh kali menduduki peringkat kedua pada tahun 1965, 1967, 1971, 1973, 1977, 1987, dan 1990.
Prestasi gemilang terus terjaga ketika PSSI menyatukan klub Perserikatan dan Galatama dalam kompetisi bertajuk Liga Indonesia sejak 1994. Persebaya merebut gelar juara Liga Indonesia pada tahun 1997. Bahkan Persebaya berhasil mencetak sejarah sebagai tim pertama yang dua kali menjadi juara Liga Indonesia ketika pada tahun 2004 Green Force kembali merebut gelar juara. Kendati berpredikat sebagai tim klasik sarat gelar juara, Green Force juga sempat merasakan pahitnya terdegradasi pada tahun 2002 lalu. Pil pahit yang langsung ditebus dengan gelar gelar juara Divisi I dan Divisi Utama pada dua musim selanjutnya.
Persebaya juga dikenal sebagai klub yang sering menjadi penyumbang pemain ke tim nasional baik yunior maupun senior. Mulai era 70-an sampai 90-an. Sederet nama tenar yang kini menjadi arsitek tim-tim sepakbola Indonesia, seperti Rudy Keltjes, Riono Asnan, Yusuf Ekodono, Syamsul Arifin, Subangkit, Mustaqim, Eri Irianto, Bejo Sugiantoro, Anang Maruf, Hendro Kartiko, Uston Nawawi, Chairil Anwar, dan Mursyid Effendi merupakan sebagian pemain timnas hasil binaan Persebaya. Terakhir, nama-nama seperti Mursyid Efendi, Anang Ma'ruf, Bejo Sugiantoro menjadi pilar timnas Indonesia di SEA Games Thailand 1996.
Salah satu yang cukup dikenang adalah Eri Irianto, pemain timnas era-90an yang meninggal dunia pada tanggal 3 April 2000 setelah tiba tiba menderita sakit saat Persebaya menghadapi PSIM dalam pertandingan Liga Indonesia 1999/2000. Eri Irianto meninggal di rumah sakit pada malam harinya. Nama Eri kemudian dipakai sebagai nama Wisma/Mess Persebaya yang diresmikan pada tanggal 25 April 1993.
Selain itu, dalam perjalanannya, Persebaya beberapa kali mengalami kejadian kontroversial. Saat menjuarai Kompetisi Perserikatan pada tahun 1988, Persebaya pernah memainkan pertandingan yang terkenal dengan istilah sepakbola gajah karena mengalah kepada Persipura 0-12, untuk menyingkirkan saingan mereka PSIS Semarang yang pada tahun sebelumnya memupuskan impian Persebaya di final kompetisi perserikatan.
Pada Liga Indonesia 2002, Persebaya melakukan aksi mogok tanding saat menghadapi PKT Bontang dan diskors pengurangan nilai. Kejadian tersebut menjadi salah satu penyebab terdegradasinya Persebaya ke divisi I. Tiga tahun kemudian, Persebaya menggemparkan publik sepakbola nasional saat mengundurkan diri pada babak delapan besar lantaran tidak adanya jaminan keselamatan bagi suporternya yang ingin mendukung mereka di Jakarta sebagai tempat di gelarnya pertandingan.
Imbas kejadian tersebut, Bajul Ijo harus kembali ke level Divisi I di kompetisi selanjutnya. Namun aksi tersebut dibayar tuntas dengan merebut mahkota juara yang otomatis melenggang ke Liga Indonesia 2007. Sayangnya, di musim kompetisi 2007/2008, Persebaya terjerembab di papan bawah yang membuat peluang lolos ke kompetisi perdana Indonesia Super League 2008/2009 tertutup.
Stadion
Nama : Gelora 10 November
Kapasitas :30.000
Lokasi : Tambaksari, Surabaya, Jawa Timur
Kapasitas : 30.000 Penonton
Tipe Stadion : Stadion Sepakbola Lama.
Kategori : C+
Event Besar : PON VII 1969 Jawa Timur
Sejarah Singkat
Stadion Gelora 10 November adalah sebuah stadion multi-use yang berlokasi di Tambaksari, Surabaya, Indonesia. Stadion kebanggaan arek - arek Suroboyo ini lebih sering dipergunakan untuk menggelar pertandingan sepak bola. Stadion ini pernah menjadi salah satu stadion penyelenggara Babak 8 Besar Divisi Utama Liga Indonesia 2007 yang terdadak, karena terjadinya perpindahan penyelenggaraan dari Stadion Brawijaya ke Stadion Gelora Delta dan akhirnya terjadi kekosongan tempat penyelenggara untuk menggelar secara bersamaan pertandingan di hari pertandingan terakhir. Animo penonton (Bonek) datang ke stadion menyaksikan pertandingan tuan rumah Persebaya Surabaya sangat bagus rata-rata 90% kapasitas stadion.
Kondisi Sekarang
Tribun : C+
Fasilitas : C+
Rumput : C
Drainase : C
Penerangan : B
Papan Skor : B
Kondisi : C
Squad
Penjaga Gawang
20 Syaifudin
24 Deny Marcel
28 Endra Prasetya
Pemain Belakang
02 Mat Halil
04 Nugroho Mardiyanto
05 Takatoshi Uchida
06 M. Sofy Hermawan
15 Anang Ma'ruf
16 Satrio Syam
23 Taufik Angga Yanuarso
25 Sunaji
26 Djayusman Triasdi
30 Anderson Da Silva
Pemain Tengah
03 Andik Vermansyah
07 John Tarkpor Sonkaliey
09 Lucky Wahyu Dwi Permana
11 Taufiq
17 Arif Ariyanto
21 Supriyono
29 Wijay
99 Josh Maguire
Penyerang
08 Claude Parfait Ngon A Djam
10 M. Erfan Hidayatullah
14 Korinus Fingkreuw
77 Wimba Sutan Fenosa
78 Andi Oddang
NP | POS | WN | NAMA LENGKAP | TTL | TB | BB |
20 | Syaifudin | 20-07-1978 | 178 | 69 | ||
24 | Deny Marcel | 24-02-1983 | ||||
28 | Endra Prasetya | 01-05-1981 | ||||
02 | Mat Halil | 03-07-1979 | ||||
04 | Nugroho Mardiyanto | 15-03-1984 | ||||
05 | Takatoshi Uchida | 20-01-1982 | ||||
06 | M. Sofy Hermawan | 17-11-1987 | ||||
15 | Anang Ma'ruf | 28-05-1976 | ||||
16 | Satrio Syam | 01-10-1986 | ||||
23 | Taufik Angga Yanuarso | 23-01-1987 | ||||
25 | Sunaji | 25-04-1990 | ||||
26 | Djayusman Triasdi | 22-08-1987 | ||||
30 | Anderson Da Silva | 12-05-1975 | ||||
03 | Andik Vermansyah | 23-11-1991 | ||||
07 | John Tarkpor Sonkaliey | 16-10-1986 | ||||
09 | Lucky Wahyu Dwi Permana | 01-04-1990 | ||||
11 | Taufiq | 29-11-1986 | ||||
17 | Arif Ariyanto | 17-06-1985 | ||||
21 | Supriyono | 10-08-1981 | ||||
29 | Wijay | 29-12-1982 | ||||
99 | Josh Maguire | 22-09-1980 | ||||
08 | Claude Parfait Ngon A Djam | 24-01-1980 | ||||
10 | M. Erfan Hidayatullah | 30-04-1984 | ||||
14 | Korinus Fingkreuw | 14-02-1983 | ||||
77 | Wimba Sutan Fenosa | 27-01-1987 | ||||
78 | Andi Oddang |
Bonek
Istilah Bonek, akronim bahasa Jawa dari Bondho Nekat (modal nekat), biasanya ditujukan kepada sekelompok pendukung atau suporter kesebelasan Persebaya Surabaya, walaupun ada nama kelompok resmi pendukung kesebelasan ini yaitu Yayasan Suporter Surabaya (YSS). Di persepak bolaan Indonesia, bonek banyak digambarkan sebagai pendukung yang sering membuat kerusuhan, dari mulai tidak membayar tiket kereta api, sampai bentrok dengan aparat keamanan dan pendukung kesebelasan lawan.
Istilah bonek pertama kali dimunculkan oleh Harian Pagi Jawa Pos tahun 1989,untuk menggambarkan fenomena suporter Persebaya yang berbondong-bondong ke Jakarta dalam jumlah besar. Secara tradisional, Bonek adalah suporter pertama di Indonesia yang mentradisikan away supporters (pendukung sepak bola yang mengiringi tim pujannya bertandang ke kota lain) seperti di Eropa. Dalam perkembangannya, ternyata away supporters juga diiringi aksi perkelahian dengan suporter tim lawan. Tidak ada yang tahu asal-usul, Bonek menjadi radikal dan anarkis. Jika mengacu tahun 1988, saat 25 ribu Bonek berangkat dari Surabaya ke Jakarta untuk menonton final Persebaya - Persija, tidak ada kerusuhan apapun.
Secara tradisional, Bonek memiliki lawan-lawan, sebagaimana layaknya suporter di luar negeri. Saat era perserikatan, lawan tradisional Bonek adalah suporter PSIS Semarang dan Bobotoh Bandung. Di era Liga Indonesia, lawan tradisional itu adalah Aremania Malang, The Jak suporter Persija, dan Macz Man fans PSM Makassar. Di era Ligina, Bonek justru bisa berdamai dengan Bobotoh Persib Bandung dan Suporter PSIS Semarang.
0 komentar:
Posting Komentar